Reaktualisasi Pilar Budaya Cianjur

Reaktualisasi Pilar Budaya Cianjur
Oleh :
Nama: Elsa Agresita RR
NPM: 8820116034

    Assalamualaikum wr.wb. Kali ini saya akan berbagi artikel mengenai sebuah acara seminar ngamumule budaya Sunda dengan judul “Reaktualisasi Pilar Budaya Cianjur” dengan maksud untuk memirsakan acara ini dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam perspektif Public Relation berikut ini paparannya.

    Cianjur banyak memiliki tokoh-tokoh pemimpin kharismatik, yang telah melahirkan perilaku budaya kehidupan masyarakat, penuh dengan nilai-nilai agama yaitu Raden Jayasasana (R Aria Wiratanu Datar 1: 1650-1691( dalam pertama Cianjur dengan gelar Dalem Cikundul, gaya kepemimpinannya sangat kharismatik, sesuai dengan “pancen” dari Kesultanan Cirebon, Raden Jayasasana ditugasi sebagai penyebar ajaran Islam di tatar Cianjur sekaligus memberikan percontohan bagaimana cara bercorak tanam (tatanan) yang baik kepada rakyatnya.

    Reaktualisasi Pilar Budaya, pemahaman: A.Reaktualisasi dapat diartikan berupa sebuah proses atau perbuatan di/ mengaktualisasikan kembali, sebagai penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat. B.Pilar Budaya, merupakan bagian-bagian dari sebuah pedoman dan kebiasaan yang menjadi ikon “Tangtungan Hirup” sebuah kelompok masyarakat yang diakui sebagai produk perilaku hidup dari para pendahulunya (pemimpin/leluhurnya), dan dijadikan sebagai filosofis tradisi kehidupan bagi generasi selanjutnya. 

    Pilar Budaya Cianjur, sebelum masuk era kepemimpinan Bupati Cianjur H Irvan Rivano Muchtar tentang Pilar Budaya di Cianjur sejak lama masyarakat mengenali yang disebut filosofis “Tiga Pilar Budaya”, yakini: Ngaos, Mamaos, dan Maenpo. Ketiga pilar budaya tersebut merupakan karya peninggalan para Dalem Cianjur sebelumnya, serta dikenal sebagai hasil karya monumental pemimpin Cianjur masa lalu Pilar-pilar budaya ini harus dilestarikan dan menjadi ikon “Tangtungan Hirup” generasi Cianjur selanjutnya.

    Sedangkan semenjak era Bupati H Irvan Rivano Muchtar, pilar Budaya Cianjur dari tugas pilar, ditambah empat pilar lagi menjadi tujuh pilar, masing-masing Someah, Sauyunan. Tangginas dan Tatanen. Upaya yang dilakukan Bupati Irvan, merupakan sebuah Reaktualisasi dari nilai dan perilaku para pendahulu Cianjur yang pernah hidup pada masa lalu.

    Tentang Sejarah dan Pemahaman Pilar Budaya Cianjur, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Cianjur Nomor 27 Tahun 1982, ditetapkan Kabupaten Cianjur lahir pada tanggal 12 Juli 1877. Bupati atau Dalem pertama Cianjur adalah Raden Jayasasana dengan gelar R.Aria Wiratanu I dan lebih dikenal lagi dengan sebutan Dalem Cikundul (1640-1691). Tugas dari Kesultanan Cirebon dalam menyebarkan agama Islam beliau seorang ahli terekat dan ahli pertanian (Tatanen) yang dicintai rakyatnya maka sejak saat itu perilaku kehidupan dan budaya masyarakat sangat kental dengan ajaran Islam. Budaya kehidupan ini dilanjutkan oleh putra Dalem Cikundu, yakni T Wiratanu ll (Dalem Tarikolot) serta oleh keturunan lainnya yang menjadi Dalem Cianjur, selain mengembangkan pemerintahan dan kemasyarakatan berdasarkan ajaran agama Islam juga banyak mendirikan pesantren-pesantren sehingga Cianjur sempat dikenal sebagai daerah “Tatar Santri”, jika menjelang Magrib menjelang Isya di Masjid Surau dan Pesantren terdengar kumandang alunan yang membacakan ayat suci Alquran atau disebut”Ngaos” dari sanalah Cianjur memiliki pilar budaya “Ngaos”  Pada abad ke XVlll saat kepemimpinan Dalem Muhidin dengan gelar Raden Aria Wiratanu V mulai tumbuh dan berkembang berbagai aliran pencak silat, berbagai aliran pencak silat terus berkembang Orang Cianjur menyebutnya Maenpo atau Amengan. Pada pertengahan abad XlX, Cianjur pernah menjadi ibu kota Priangan. Pada saat itu juga dikenal sebagai kota “Pusat Kebudayaan” tatar Priangan. Hal ini berkat jasanya RAA Kusumaningrat bupati Cianjur ke Sembilan dikenal sebagai pencipta seni Mamaos Cianjuran  yang hanya mwnghy alat musik kecapi indung, kecapi rincik dan suling untuk mengiri penembang baik pria maupun wanita. Pilar budaya “Mamaos” adalah penjiwaan dari budaya masyarakat Cianjur yang memiliki jiwa seni yang luhur. Ketiganya Pilar Budaya Cianjur ini terlebih diuji kemampuan harus mau belajar dan mampu menguasai ,”Ngaos, Mamaos dan Maenpo” artinya harus bisa membaca Al Qur’an paham ajaran Islam serta mampu mengamalkannya, harus mampu menguasai seni tradisi Cianjur seperti melantunkan Mamaos Cianjuran serta belajar dan mampu mempraktekkan ilmu bela y pencak silat (Maenpo) agar trampil dan bugar fisiknya, seta mampu menjaga keamanan dilingkungannya.

    Munculnya Tujuh Pilar Budaya, penambahan pilar Cianjur dari tiga pilar menjadi tujuh pilar sempat terjadi perdebatan dan polemik terutama di kalangan budayawan namun berdasarkan kajian masukkan para ahli maka upaya menerapkan kebiasaan kebiasaan baik dalam tradisi dan perilaku kehidupan masyarakat adalah Haknya seorang  Dalem / Pemimy, Sebagai Salah Satu Tugas Kewajiban Membawa Kemaslahatan bagi Rakyatnya, oleh karena itu ide dan keinginan seorang pemimpin daerah untuk menetapkan tradisi kebiasaan masyarakat dijadikan pilar budaya adalah haknya lebih jauh lagi merupakan kewajiban suri tauladan. 

Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngamumule Budaya Sunda oleh. Siti Herlina Mukti

Ngamumule budaya sunda. Rini Oktapiyani